Kerangka
pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang kerangka
konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka
berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat
menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan.
Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara
komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa
variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang
diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan
secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga variabel-variabel
yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas
asal-usulnya.
Dengan
demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam kerangka berpikir
adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-asumsi logika dalam
menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana
kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan
untuk mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti.
Di
dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan,
yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional.
Kerangka teoritis atau paradigma adalah uraian yang menegaskan tentang teori
apa yang dijadikan landasan (grand theory) yang akan digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual merupakan uraian yang
menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis
yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang
terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di
antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang
variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan
bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja
yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menyusun kerangka
berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan teori apa yang dijadikan
landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam penelitian kita. Lalu
dilanjutkan dengan penegasan tentang asumsi teoretis apa yang akan diambil dari
teori tersebut sehingga konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti
menjadi jelas. Selanjutnya, kita menjelaskan bagaimana cara
mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel tersebut sehingga siap
untuk diukur.
Walaupun
dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis, kerangka
konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara
pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal yang
penting adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika
berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya
konsep dan variabel-variabel yang diteliti.
Agar
peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara ilmiah
(memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel)
dengan benar, maka peneliti harus intens dan eksten menelurusi
literatur-literarur yang relevan serta melakukan kajian terhadap hasil
penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, sehingga uraian yang dibuatnya
tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan logika. Untuk itu, dalam
menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti merujuk pada literatur atau
referensi serta laporan-laporan penelitian terdahulu.
Selanjutnya
secara sederhana penyusunan kerangka berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
- Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan, kerangka konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
- Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi (mencari konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah dinyatakan benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah akibat pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan (reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
- Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
- Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d) jumlah parameter yang diestimasi.
Sumber: bagaimanakah-menyusun-kerangka-berpikir-penelitian
0 comments:
Post a Comment